Foto by : Tropenmuseum |
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup
dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut Fondrakö yang
mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian.
Masyarakat
Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah
berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman
pulau ini.
Sampai sekarang Suku Nias mengenal
sistem kasta 12 tingkatan Kasta. Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah Balugu.
Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan
mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama
berhari-hari.
Menurut masyarakat Nias, salah satu
mitos asal usul suku Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut
"Sigaru Tora`a" yang terletak di sebuah tempat yang bernama "Tetehöli
Ana'a". Menurut mitos tersebut di atas mengatakan kedatangan manusia
pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra
yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan takhta Sirao. Ke 9
Putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki
di Pulau Nias.
Foto by : Tropenmuseum |
Pada masa itu hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di
Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia.
Penelitian genetika terbaru menemukan, masyarakat Nias, Sumatera Utara,
berasal dari rumpun bangsa Austronesia. Nenek moyang orang Nias diperkirakan
datang dari Taiwan melalui jalur Filipina 4.000-5.000 tahun lalu.
Mannis van Oven, mahasiswa doktoral dari Department of Forensic Molecular
Biology, Erasmus MC-University Medical Center Rotterdam, memaparkan hasil
temuannya di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta, Senin (15/4/2013).
Dalam penelitian yang telah berlangsung sekitar 10 tahun ini. Oven dan
anggota timnya meneliti 440 contoh darah warga di 11 desa di Pulau Nias. ”Dari semua populasi yang kami teliti, kromosom-Y dan mitokondria-DNA orang
Nias sangat mirip dengan masyarakat Taiwan dan Filipina,” katanya.
Kromosom-Y adalah pembawa sifat laki-laki. Manusia laki-laki mempunyai
kromosom XY, sedangkan perempuan XX. Mitokondria-DNA (mtDNA) diwariskan dari
kromosom ibu.
Penelitian ini juga menemukan, dalam genetika orang Nias saat ini tidak ada
lagi jejak dari masyarakat Nias kuno yang sisa peninggalannya ditemukan di Goa
Togi Ndrawa, Nias Tengah.
Penelitian arkeologi terhadap alat-alat batu yang
ditemukan menunjukkan, manusia yang menempati goa tersebut berasal dari masa
12.000 tahun lalu.
”Keragaman genetika masyarakat Nias sangat rendah dibandingkan dengan
populasi masyarakat lain, khususnya dari kromosom-Y. Hal ini mengindikasikan
pernah terjadinya bottleneck (kemacetan) populasi dalam sejarah masa lalu
Nias,” katanya.
Foto by : Tropenmuseum |
Sony mempertanyakan bagaimana
migrasi Austronesia dari Taiwan ke Nias itu terjadi.
Herawati Sudoyo, Deputi Direktur Lembaga Eijkman yang juga menjadi
pembicara, mengatakan migrasi Austronesia ke Nusantara masih menjadi
teka-teki. ”Logikanya, dari Filipina mereka ke Kalimantan dan Sulawesi. Tetapi,
sampai saat ini data genetika dari Kalimantan dan Sulawesi masih minim. Masih
ada missing link,” katanya.
Di Kalimantan menurut Hera, yang diteliti genetikanya baru etnis Banjar.
Hasilnya menunjukkan, mereka masyarakat Melayu.
Di Sulawesi yang diteliti baru
Sulawesi Selatan. ”Masih banyak studi yang harus dilakukan,” katanya.
No comments:
Post a Comment